suara denpasar – Akhirnya misteri itu terungkap. Bek senior Kota Ipswich, Luke Woolfenden membicarakan alasannya Elkan Baggott tidak dipinjamkan sebelum jendela transfer Liga Inggris berakhir.
Dalam beberapa hari terakhir, nama Elkan Baggot kerap menjadi perbincangan hangat lantaran bek tengah ini masuk dalam radar pemain yang akan dipinjamkan Ipswich Town ke klub lain.
Namun hingga bursa transfer berakhir, pemain bertinggi 194 cm itu akan tetap bertahan di klub saat ini.
Namanya tidak masuk dalam daftar pemain yang dipinjamkan ke klub lain oleh sang pelatih, Kierra McKenna.
Baca juga:Ketakutan! Elkan Baggott akan menjadi pemain Indonesia pertama di Liga Inggris jika Ipswich Town berhasil mendapatkan promosi
Publik pun mempertanyakan alasan Elkan Baggott batal dipinjamkan. Spekulasi tentang Elkan Baggot digunakan sebagai alat pemasaran Ipswich Town sudah santer terdengar.
Rumor tersebut langsung dibantah oleh seniornya, Luke Woolfenden. Pelatih Kieran McKenna ternyata tidak ingin bek internasional Indonesia itu dilatih oleh pelatih yang salah.
Dilansir dari bolatimes.com, Selasa (10/3/2023), Baggott dipertahankan McKenna karena melihat bakatnya masih bisa diasah.
Oleh karena itu, ia melatihnya secara langsung agar memenuhi standar yang diinginkannya.
“Bos (McKenna) mungkin lebih tertarik memiliki pemain seperti Elks (Elkan) dan Hump di sini. Karena mungkin mereka tidak akan mendapatkan standar kepelatihan yang sama jika dipinjamkan,” kata Woolfenden seperti dikutip EADT.
Baca juga:Elkan Baggott Sakti Mandraguna, Ipswich Town Melewati Leicester City Usai Pertarungan Traktor Dengan Huddersfield 1-1
Woolfenden tak memungkiri bahwa Elkan Baggott memang akan tampil lebih banyak jika dipinjamkan, namun standar performanya akan berbeda dari harapan Mckenna.
“Jelas mereka bisa bermain, tapi terkadang mereka bisa memainkan permainan yang tidak dia (McKenna) inginkan,” jelasnya.
Pengamat sepak bola asing Ben Griffis sebelumnya menyebut salah satu pemain Timnas Indonesia berpeluang menjadi alat pemasaran sebuah klub.
Pemain yang dimaksud adalah Pratama Arhan. Griffis menilai Pratama Arhan punya kapasitas bersaing di Liga Jepang atau Korea Selatan.
Namun, jika tim yang merekrutnya hanya fokus pada pemasaran klub, justru akan menjadi bumerang bagi perkembangan sang pemain.
“Bagaimana kalau Arhan hanya alat pemasaran seumur hidupnya,” tulis Ben Griffis di X (Twitter).
“Suwon FC selangkah lebih maju dari Verdy. Saya tahu dia punya potensi, tapi pada dasarnya dia tidak bermain sepak bola di klub sejak beralih ke Verdy, yang 100 persen akan merugikan perkembangan pemain muda.”
Bagi Griffis, dalam menanggapi salah satu cuitan netizen, sebaiknya sebuah tim mengambil pemain dengan tujuan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan performanya.
Jika Anda hanya memikirkan pemasaran untuk sebuah klub, itu berarti perlakuan tidak adil terhadap pemain.
“Mendatangkan pemain bukan untuk memberinya peluang nyata tetapi hanya untuk komitmen/pemasaran adalah hal yang buruk,” lanjut Griffis.
“Mendatangkan pemain untuk pengembangan dan prospek serta memasarkannya adalah hal yang baik,” Griffis menutup cuitannya. (*/Ana AP)
Quoted From Many Source